Profil Desa Balorejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Balorejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Balorejo

Tentang Kami

Profil Desa Balorejo, Kecamatan Bonorowo, Kebumen. Mengupas spirit historis "Balorejo", potret ketangguhan para "ksatria petani" di garis depan menghadapi bencana banjir, serta geliat ekonomi kreatif berbasis hasil bumi sebagai strategi bertahan dan bertu

  • Identitas Historis "Balorejo"

    Memiliki nama yang sarat akan jejak sejarah, diyakini berasal dari kata "Bala" (pasukan) dan "Rejo" (makmur), yang kini tecermin dalam semangat juang masyarakatnya dalam mengolah lahan dan menghadapi tantangan.

  • Garis Depan Bencana Banjir

    Berlokasi di salah satu titik terendah dan paling selatan di Kecamatan Bonorowo, menjadikan desa ini berada di garis depan dalam menghadapi banjir, sehingga resiliensi dan mitigasi menjadi bagian dari DNA masyarakat.

  • Kreativitas Ekonomi sebagai Penyangga

    Mengembangkan industri rumah tangga pengolahan hasil bumi, seperti makanan ringan, sebagai garda pertahanan ekonomi dan strategi diversifikasi pendapatan di tengah tingginya risiko di sektor pertanian.

XM Broker

Desa Balorejo, yang terhampar di ujung selatan Kecamatan Bonorowo, Kabupaten Kebumen, adalah sebuah desa yang ditempa oleh sejarah dan alam. Namanya, "Balorejo", diyakini menyimpan jejak historis tentang "pasukan yang makmur" (Bala: pasukan, Rejo: makmur). Kini, spirit ksatria itu tidak lagi memegang senjata, melainkan cangkul dan arit. Mereka adalah para "ksatria petani" yang bertarung di garis depan, bukan melawan musuh, melainkan melawan ganasnya alam, terutama bencana banjir yang rutin menyapa. Desa ini adalah kisah tentang semangat juang, ketangguhan, dan kreativitas dalam mempertahankan denyut kehidupan di lumbung pangan Kebumen.

Jejak Historis "Balorejo" dan Geografi Garis Depan

Menurut cerita tutur yang hidup di kalangan masyarakat, nama Balorejo memiliki akar sejarah yang dalam. Konon, wilayah ini dahulu merupakan tempat persinggahan atau pemukiman (pasanggrahan) bagi pasukan (bala) dari kerajaan atau pejuang di masa lalu. Harapan agar pasukan ini dan keturunannya hidup sejahtera (rejo) kemudian mengkristal menjadi nama desa. Spirit juang, disiplin, dan kebersamaan dari para bala ini diyakini terwariskan dan menjadi karakter dasar masyarakat Balorejo hingga kini.Secara geografis, Desa Balorejo memiliki luas wilayah sekitar 1,51 kilometer persegi. Terletak di bagian paling selatan Kecamatan Bonorowo, desa ini menjadi salah satu wilayah dengan elevasi terendah, berfungsi sebagai salah satu muara air dari wilayah utara sebelum menuju ke Samudra Hindia. Topografinya yang datar menjadikannya lahan sawah yang sangat subur.Batas-batas wilayah Desa Balorejo meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Pujodadi

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Sirnoboyo

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Kecamatan Mirit

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Ngasinan

Posisinya di "garis depan" ini membuatnya menjadi wilayah yang paling pertama dan seringkali paling parah terdampak luapan banjir dari sungai-sungai di sekitarnya saat musim penghujan tiba.Berdasarkan data kependudukan per 25 Agustus 2025, Desa Balorejo dihuni oleh 2.219 jiwa. Dengan luas wilayah 1,51 km², maka tingkat kepadatan penduduknya sangat tinggi, mencapai 1.470 jiwa per kilometer persegi, menunjukkan betapa berharganya setiap petak lahan untuk menopang kehidupan.

Pertanian Padi sebagai Pilar Utama Perjuangan

Sebagai bagian tak terpisahkan dari lumbung pangan Bonorowo, pilar utama perekonomian Desa Balorejo adalah pertanian padi sawah. Dengan dukungan sistem irigasi teknis, para petani mampu menanam padi sepanjang tahun. Cangkul dan traktor adalah senjata mereka, dan hamparan sawah adalah medan perjuangan mereka untuk menafkahi keluarga dan menyumbang pada ketahanan pangan regional.Namun perjuangan mereka tidaklah mudah. Produktivitas yang tinggi selalu dibayangi oleh risiko kegagalan yang juga tinggi. Ancaman utama datang dari bencana banjir yang dapat merendam sawah selama berhari-hari, menyebabkan tanaman padi membusuk dan gagal panen (puso). Selain itu, serangan hama seperti tikus dan wereng juga menjadi musuh lain yang harus terus-menerus dihadapi. Bagi petani Balorejo, bertani bukan hanya soal menanam dan memanen, tetapi juga soal strategi, kesabaran, dan keberanian mengambil risiko.

Geliat Ekonomi Kreatif sebagai Garda Pertahanan Ekonomi

Menyadari tingginya risiko ketergantungan pada satu komoditas, masyarakat Balorejo, terutama kaum perempuannya, membangun garda pertahanan ekonomi melalui pengembangan industri rumah tangga. Geliat ekonomi kreatif ini menjadi strategi cerdas untuk diversifikasi pendapatan dan menciptakan nilai tambah dari hasil bumi yang melimpah.Ketika hasil panen padi melimpah, sebagian diolah menjadi aneka makanan ringan tradisional seperti rengginang (kerupuk beras ketan) atau opak. Hasil tegalan seperti singkong dan umbi-umbian lainnya juga diolah menjadi keripik aneka rasa. Industri skala rumah ini mungkin terlihat kecil, namun perannya sangat vital. Ia menjadi jaring pengaman ekonomi keluarga, terutama ketika hasil panen padi tidak sesuai harapan.Kegiatan ini menunjukkan semangat ksatria yang adaptif. Ketika "serangan" dari alam datang dalam bentuk banjir yang merusak tanaman utama, mereka memiliki "benteng pertahanan" lain dalam bentuk produk olahan yang bisa dijual kapan saja. Pemberdayaan perempuan melalui industri rumah tangga ini juga menjadi catatan penting dalam dinamika sosial-ekonomi Desa Balorejo.

Resiliensi Komunal: Strategi Menghadapi Banjir

Hidup bertahun-tahun di garis depan bencana telah menempa masyarakat Balorejo menjadi komunitas yang sangat resilien. Mereka tidak pasrah pada keadaan, melainkan mengembangkan berbagai strategi kolektif untuk menghadapi dan beradaptasi dengan banjir.Mitigasi dan Kesiapsiagaan: Semangat gotong royong terwujud dalam kerja bakti rutin untuk membersihkan saluran air dan memperkuat tanggul-tanggul darurat di titik-titik kritis. Sistem peringatan dini informal, di mana informasi tentang kenaikan muka air menyebar cepat dari mulut ke mulut atau melalui grup WhatsApp, menjadi mekanisme vital untuk kesiapsiagaan.Respons Saat Bencana: Solidaritas mencapai puncaknya saat banjir tiba. Warga saling membantu mengevakuasi lansia, anak-anak, dan ternak ke tempat yang lebih aman. Dapur umum seringkali didirikan secara swadaya untuk memastikan semua warga terdampak tetap mendapatkan pasokan makanan.Adaptasi Jangka Panjang: Secara individual maupun komunal, masyarakat melakukan adaptasi struktural. Banyak warga yang membangun rumah mereka dengan fondasi yang lebih tinggi atau bahkan membangun rumah panggung. Lumbung padi (paga) juga dibuat lebih tinggi untuk mengamankan hasil panen dari genangan air.

Kehidupan Sosial dan Semangat Ksatria Petani

Semangat "Bala" (pasukan) tecermin dalam struktur sosial yang solid dan terorganisir. Kelembagaan petani seperti Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) tidak hanya berfungsi sebagai lembaga ekonomi, tetapi juga sebagai wadah komando sosial untuk mengorganisir kegiatan komunal, termasuk dalam menghadapi bencana.Pemuda desa yang tergabung dalam Karang Taruna seringkali menjadi garda terdepan dalam aksi-aksi respons darurat. Semangat untuk saling melindungi dan berjuang bersama adalah DNA sosial yang membuat masyarakat Balorejo mampu bertahan dan bangkit kembali seberapapun seringnya bencana menerpa.Visi pembangunan Desa Balorejo di masa depan berpusat pada penguatan ketangguhan ini. Tujuannya ialah untuk bertransformasi dari desa yang hanya reaktif terhadap bencana menjadi desa yang proaktif dan tangguh bencana. Peningkatan infrastruktur pengendali banjir yang lebih permanen, penguatan kapasitas ekonomi kreatif, serta inovasi di bidang pertanian yang lebih tahan genangan menjadi agenda penting. Desa Balorejo terus membuktikan bahwa spirit ksatria para leluhurnya masih menyala, mengubah setiap tantangan menjadi peluang untuk menjadi lebih kuat dan lebih sejahtera.